Rabu, 26 Mei 2010

Penerapan Proses Bisnis dan Value Chain pada Industri Manufaktur

Perkembangan pasar yang bergerak menjadi sangat kompetitif dan persaingan bisnis yang semakin kompleks dan ketat telah menghadirkan tantangan baru bagi perusahaan. Kecepatan menjadi masalah yang patut diperhatikan yaitu bagaimana cara perusahaan atau organisasi untuk mendapatkan dan mengevaluasi informasi dengan segera, dan untuk kemudian menggunakan informasi tersebut untuk merespon setiap kejadian dan masalah secara cepat dan tepat pula. Karena itu kecepatan menjadi faktor penting dalam menumbuhkan nilai kompetitif suatu perusahaan atau organisasi.
Masalah yang sering kali terjadi adalah perusahaan gagal atau terlambat dalam merespon tantangan bisnis yang muncul secara tidak terduga. Sebagai contoh: banyak perusahaan sangat lambat dalam mendeteksi adanya peluang-peluang bisnis baru serta dalam mendeteksi pergerakan yang dilakukan oleh kompetitor; lebih jauh lagi adalah perusahaan kadang cenderung mempunyai sifat reaktif dan tidak dapat mendeteksi masalah secara dini, dimana ini merupakan hal yang sangat kontraproduktif bagi perusahaan dalam menghadapi perkembangan bisnis di masa seperti sekarang ini.
Untuk mengatasi masalah tersebut, para pemimpin perusahaan sangat membutuhkan suatu solusi yang dapat membantu mereka untuk melihat gambaran bisnis mereka secara menyeluruh (komprehensif) dan real-time, dalam arti apa yang mereka lihat saat itu di laporan adalah benar-benar menggambarkan kondisi perusahaan sebenarnya saat itu juga, bukan 1 minggu yang lalu, 1 hari yang lalu, atau bahkan 1 jam yang lalu.
Untuk itu peranan teknologi di sini menjadi sangat vital. Perusahaan dapat mengandalkan teknologi yang tepat untuk membantu mereka dalam meningkatkan efisiensi, mempertajam daya respons, dan pada akhirnya adalah mampu menghasilkan nilai kompetitif bagi perusahaan.
Dengan kata lain Serangkaian aktivitas –sebut saja proses bisnis–agar perusahaan dapat mengembangkan keunggulan kompetitif yang disebut sebagai value chain. Setiap proses bisnis dalam value chain itu dibuat sedemikian rupa, sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi pelanggan.
Nilai tambah itu harus lebih besar daripada ongkos menjalankan proses bisnis sehingga tercipta margin. Sejumlah proses bisnis penting yang menjadi modal menciptakan value chain adalah logistik -istilah lainnya rantai pasok, pemasaran, penjualan dan layanan purna jual.
Sebuah value chain tercipta dengan mempererat interaksi semua pihak yang terlibat dalam rangkaian proses bisnis tersebut, sehingga bisa berjalan efektif. Mereka itu adalah jaringan mitra yang termasuk pemasok, sub-kontraktor, distributor bahkan pelanggan. Dengan demikian, tolok ukur keberhasilan sistem enterprise resources planning (ERP) pun bergeser, tidak cukup hanya menyempurnakan sistem pasokan, proses produksi, finansial atau SDM. Untuk mengelola sebuah value chain, sulit mengandalkan sistem ERP yang hanya terdiri dari rangkaian aplikasi saja dan bersifat tertutup.
Untuk mengelola value chain di tengah dinamika iklim bisnis menuntut perusahaan memiliki infrastruktur TI yang fleksibel, mudah disesuaikan dengan perubahan. Fleksibilitas itu bisa dicapai jika infrastruktur TI dirancang dengan mengedepankan pada fungsinya sebagai layanan yang membantu berjalannya proses bisnis.
Sebagai contoh, jika iklim bisnis menuntut perbaikan pada sistem inventory control, tim TI bekerjasama dengan staf terkait untuk merancang arsitektur berdasarkan alur proses bisnisnya, bukan semata-mata dari aspek teknis. Jadi infrastruktur TI-lah yang mengikuti proses bisnis.
Ada 4 elemen penting yang akan dibahas dalam paper ini yang harus dimiliki perusahaan dalam persaingan bisnis antara lain :
1.Proses Bisnis
2.Value Chain
3.Teknologi Informasi
4.Penggabungan dari 3 elemen diatas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar